Distance Learning Prof. Norio Maki: Pemulihan dan Rekonstruksi Pasca Tsunami ~ Educational Technology Resources
Your Ad Here






Sunday, June 10, 2007

Distance Learning Prof. Norio Maki: Pemulihan dan Rekonstruksi Pasca Tsunami

Program distance learning kembali digelar oleh Pusat Pengembangan E-learning (PPE) Universitas Brawijaya, Senin (27/6). Kali ini bertajuk “Recovery and Reconstruction Process from Catastrophic Disasters”. Kuliah jarak jauh ini disampaikan langsung oleh Prof. Norio Maki dari Kyoto University, Jepang.
Dikatakannya bahwa kerangka proses recovery terbagi dalam beberapa fase. Fase pertama disorientasi, fase kedua respon kondisi masyarakat pasca bencana, fase ketiga disaster utopia, fase keempat pemulihan (recovery), dan fase kelima rekonstruksi.
Mengambil kasus di Aitape pada 1998, Prof. Maki menjelaskan, tsunami ini terjadi pada 17 Juli 1998 pukul 19.00. Tsunami dengan kekuatan 7.1 Mw diteruskan sampai 10-15 m permukaan pantai. Pada saat itu tercatat lebih dari 2200 orang meninggal, lebih dari 300 orang terluka dan lebih dari 10 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Kebutuhan para korban bencana pada fase emergency dan relief pada umumnya paling umum di dunia. Kepedulian yang sangat besar pada fase recovery bukan hanya pada recovery perumahan tetapi terlebih pada mata pencaharian, meliputi kebutuhan sehari-hari terdiri atas lahan pertanian dan perikanan serta hasil bumi meliputi jaring ikan, kapal ikan, dan hasil bumi untuk perdagangan. Di Aitape, mata pencaharian utama meliputi perikanan dan perkebunan vanili. Sementara untuk pembangunan infrastruktur dilakukan secara bertahap mulai dari transportasi air, jalan baru guna menghubungkan antar kelompok masyarakat pasca tsunami 1998 yang dibangun pada Maret 2000, sekolah di Barupu yang dibangun pada 1999 serta sekolah dasar di Arop pada Maret 2000. Bebarapa isu yang muncul selama proses rekonstruksi pada kesempatan ini adalah konflik antara dua kelompok etnis dalam kepemilikan tanah.
Kasus lain, di Warapu (November-Desember 1907). Akibat gempa bumi di Warapu waktu itu, sebagian besar negara ini tenggelam beberapa kaki, tebing di permukaan pantai yang tinggi pun juga tenggelam. Banyak orang di Warapu yang meninggal pada waktu itu. Sebagian mereka langsung dievakuasi dan sisanya melarikan diri ke semak-semak, sementara di Arop sebagian besar orang juga melarikan diri ke bukit. Selama musim dingin, mendekati 2/3 bagian tanah disapu gelombang. Sebagian besar penduduknya telah membuka lahan ke semak-semak di mana mereka telah memindahkan sebagian besar barang-barang miliknya dan di mana mereka berharap bisa bertahan hidup selama musim dingin.
Pengamanan penduduk
Bagaimana mengamankan kelompok penduduk yang tinggal di daerah sekitar episentrum? Menurut Prpf Maki, ada empat skema dalam manajemen risiko pascabencana yang dijalankan. Pertama, mengurangi risiko (melalui seismic upgrade). Kedua, menghindari risiko (risk avoidance) dengan manajemen penggunaan tanah. Ketiga, pengalihan risiko (risk transference) melalui asuransi., Dan keempat, penerimaan risiko dengan melakukan respon terhadap bencana.
Manajemen risiko dengan risk avoidance, dilakukan di Flores, Indonesia. Tsunami di daerah tersebut menyebabkan 1712 orang meninggal serta bangunan-bangunan rusak terutama di wilayah Maumere dan Pulau Bajou. Untuk mengamankan penduduk dilakukan upaya pemukiman kembali (resettlement) melalui pengaturan empat pulau yang saling berdekatan yaitu Wuring, Nangahure, Nangahale dan Pulau Babi.
Pada akhir kuliah jarak jauh tersebut, Prof Nario Maki memaparkan mengenai siklus manajemen bencana, yang meliputi: manajemen krisis melalui persiapan/waspada (pre-event) -- hazard/bencana -- respon (post event) -- recovery (post event) -- manajemen risiko melalui mitigation/pengurangan (pre event) -- manajemen krisis melalui persiapan atau waspada. Ditambahkan, jika kita belajar dari pengalaman masa lalu, pada 24 Desember 1930, tsunami merusak misi Sapara di pantai Madang-Bogia dan hanya 5 orang yang meninggal pada saat itu. Kenapa? Karena masyarakat masih mengingat tsunami pada tahun 1888 di Pulau Ritter. Dan mereka lari ke pedalaman.
Bulan lalu, 11/5, PPE Unibraw telah menyelenggarakan kuliah jarak jauh juga tentang tsunami. Pada saat itu kuliah diberikan oleh Prof. Dr. Fumihiko Imamura, dari Tsunami Engineering Laboratory, Disaster Control Research Center Graduate School of Engineering, Tohoku University Jepang dengan judul "Mechanism of Tsunami Generation, Propagation, and Run Up". [nok]

0 comments: